Abstract
Penelitian ini dilaksanakan karena adanya dikotomi keilmuan yang selama ini terjadi, khususnya di Perguruan Tinggi. Penelitian ini berlokasi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dengan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah Dekan, Wakil Dekan I, Dosen Mata Kuliah Wahdatul Ulum, Sekretaris Pusat Wahdatul Ulum dan Mahasiswa yang sudah belajar Wahdatul Ulum. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Wahdatul Ulum telah termaktub dalam visi-misi sesuai Statuta Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan dan keluarnya aturan bahwa pembelajaran Wahdatul Ulum khususnya mata kuliah adalah wajib untuk seluruh fakultas dan prodi, maka Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menerapkan mata kuliah Wahdatul Ulum dilaksanakan pada semester awal sejak tahun 2021-2022. Selain menjadikan Wahdatul Ulum sebagai mata kuliah, Pimpinan (Dekan) juga menerapkan seluruh perangkat pembelajaran khususnya RPS berbasis Wahdatul Ulum. Hal ini sesuai hasil temuan bahwa FITK memprogramkan rapat untuk penyusunan RPS berbasis Wahdatul Ulum. Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, bahwa pembelajaran Wahdatul Ulum sudah diterapkan pada jenjang S1 dan untuk S2 dan S3 dengan program yang diorientasikan pada kemampuan riset tentang keilmuan, masalah kebangsaan, dan peradaban; (2) Pembelajaran Wahdatul Ulum di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan berjalan dengan baik, hal ini sejalan dengan hasil wawancara Dekan dan Wakil Dekan 1 FITK, hal ini senada dengan sekretaris pengurus pusat Wahdatul Ulum, yaitu bapak Dr. Mohammad Al Farabi, M.Ag serta Dosen Pengampu Mata Kuliah Wahdatul Ulum. Berdasarkan dari hasil wawancara, bahwa pernyataan dosen pengampu mata kuliah Wahdatul Ulum, menerima pembelajaran Wahdatul Ulum. Nilai-nilai Wahdatul Ulum sudah terintegrasi dalam RPS dari semua mata kuliah dan seluruh mahasiswa yang belajar wahdatul ulum menerima pembelajaran Wahdatul Ulum, dalam arti bahwa pembelajaran Wahdatul Ulum sudah terlaksana dengan baik; dan (3) Pembelajaran Wahdatul Ulum dapat mengembangkan pola pikir mahasiwa dengan integrasi keilmuan, tanpa adanya dikotomi keilmuan. Pembelajaran Wahdatul Ulum meningkatkan kesadaran mahasiswa bahwa sumber keilmuan adalah Allah Swt, maka dengan menyadari sumber keilmuan dan menyadari bahwa semua ilmu saling berkaitan, pola pikir mahasiswa terbuka dan dapat menerima kekurangan serta menghilangkan dikotomi keilmuan dalam diri mahasiswa. Mahasiswa yang belajar Wahdatul Ulum, memiliki pemikiran yang terbuka, menerima kekurangan, dan mental kuat dalam menghadapi masalah, hal ini sesuai pada hasil temuan dari indikator growth mindset.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.